[1] Imam Ibnul Qayyim rahimahulllah
berkata, “… Seandainya ilmu bisa bermanfaat tanpa amalan niscaya Allah
Yang Maha Suci tidak akan mencela para pendeta Ahli Kitab. Dan jika
seandainya amalan bisa bermanfaat tanpa adanya keikhlasan niscaya Allah
juga tidak akan mencela orang-orang munafik.” (al-Fawa’id)
[2] Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata, “… Kebutuhan kepada ilmu di atas kebutuhan kepada makanan,
bahkan di atas kebutuhan kepada nafas. Keadaan paling buruk yang dialami
orang yang tidak bisa bernafas adalah kehilangan kehidupan jasadnya.
Adapun lenyapnya ilmu menyebabkan hilangnya kehidupan hati dan ruh. Oleh
sebab itu setiap hamba tidak bisa terlepas darinya sekejap mata
sekalipun. Apabila seseorang kehilangan ilmu akan mengakibatkan dirinya
jauh lebih jelek daripada keledai. Bahkan, jauh lebih buruk daripada
binatang melata di sisi Allah, sehingga tidak ada makhluk apapun yang
lebih rendah daripada dirinya ketika itu.” (al-‘Ilmu, Syarafuhu wa Fadhluhu)
[3] Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Allah subhanahu
menjadikan ilmu bagi hati laksana air hujan bagi tanah. Sebagaimana
tanah/bumi tidak akan hidup kecuali dengan curahan air hujan, maka
demikian pula tidak ada kehidupan bagi hati kecuali dengan ilmu.” (al-‘Ilmu, Syarafuhu wa Fadhluhu).
[5] Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Keberuntungan paling besar di dunia ini adalah kamu menyibukkan dirimu di sepanjang waktu dengan perkara-perkara yang lebih utama dan lebih bermanfaat untukmu kelak di hari akherat. Bagaimana mungkin dianggap berakal, seseorang yang menjual surga demi mendapatkan kesenangan sesaat? Orang yang benar-benar mengerti hakikat hidup ini akan keluar dari alam dunia dalam keadaan belum bisa menuntaskan dua urusan; menangisi dirinya sendiri -akibat menuruti hawa nafsu tanpa kendali- dan menunaikan kewajiban untuk memuji Rabbnya. Apabila kamu merasa takut kepada makhluk maka kamu akan merasa gelisah karena keberadaannya dan menghindar darinya. Adapun Rabb (Allah) ta’ala, apabila kamu takut kepada-Nya niscaya kamu akan merasa tentram karena dekat dengan-Nya dan berusaha untuk terus mendekatkan diri kepada-Nya.” (al-Fawa’id)
0 komentar:
Posting Komentar